Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan"
(misalnya perubahan spiritual). Jenis dan
kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: IAST: mantra) berasal
dari tradisi Weda di India, kemudian
menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai
gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam
tradisi dan agama ketimuran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan
sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap
mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi
kekuatan gaib yang lain.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan mantra
dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada
yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan pikiran' yang merepresentasikan
keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran
suara.
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai
rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang
baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya
magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di
daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Mantra di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi,
sapo-sapo, kato pusako, kato, katubah,atau capak
baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat
di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara
bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme), Melayu, bahasa
Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha) .
Bab II
ISI
1.2 Mantra dalam Kebudayaan
Masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di nusantara
biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal tersebut sebenarnya bisa
sangat efektif bagi para penggunanya, Selain merupakan salah satu sarana
komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang ber rima
memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat
mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu
perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan
mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Pembelajaran di
level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator
menyebutnya sebagai sugesti diri.
1.3 Fungsi
dan Kandungan Mantra Berdasarkan Jenisnya
Berdasakan atas fungsinya dan kandungan kekuatan
magis mistisnya, mantra dapat digolongan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Mantra Jaya
Kejayawijayaan : untuk kekuatan dan kemenangan. Misalnya Semar Kemuning : Aku umbulna menyang Suralaya, Jalukna Klambiku si Klonthong
Wesi, Sabet nggeng, Lot kelot-kelot, Teguh alot, Ya iki klambiku si Klonthong
Wesi. Mantra ini digunakan untuk kekebalan dari
tusukan senjata tajam dan pukulan.
2. Mantra Panulakan :
untuk menolak dan kandungan kekuatannya mampu untuk mengembalikan atau
merintangi kekuatan lain yang berasal dari lawan baik yang berasal dari manusia
maupun kekuatan lain. Gumbala Geni : Kuci-kuci omahku Gumbala Geni,
Lurungku si Alas Agung, Ngarepku segara gunung, Latarku latar bengawan, Joganku
jogan segara, Sapa sumedya tumerah ala marang aku, Kena katujawa bingleng, Teka
bingleng teka bungleng saking kersane Allah. Mantra ini menolak
perbuatan jabat dan membuat bingung pihak lain.
3. Mantra Pengasihan, untuk
menimbulkan cinta dan mempunyai kandungan kekuatan yang mampu mengubah atau
menimbulkan rasa cinta kasih seseorang. Contoh Mantra Jaran Goyang : Bismillahirrohmanir rohim, Niyat
ingsung matek ajiku si Jaran Goyang, Sabete sada lanang, Tak sabetake gunung
jugruk, Tak sabetake segara asat, Tak sabetake lemah bongkah, Sira mulya ingsun
kongkon, Golekana jabang bayine … (nama dimaksud), Caketna marang jabang bayine
…. (nama diri) Yen bocah turu gugahen, Yen wis nglilir lungguhna, Yen wis
ngadeg lakokna, Caketna marang jabang bayine … (nama diri), Ora suwe tak
enteni, Neng ngarep lawang Medinah, Aku durung pati-pati lunga, Yen durung
caket jabang bayine …. (nama dimaksud), Wassalammu alaikum warrohmatullahi
wabarokatuh.
Contoh lain: MANTRA
MELAYU PENAMBAT KASIH Ini mantra yang dipraktekkan oleh pria Melayu
untuk menambatkan wanita sang pujaan hati agar tidak serong karena terpuaskan
dalam hubungan intim. Sebelum berhubungan intim, tubuh harus mandi dan memakai
parfum yang harum. Mantra ini diucapkan satu kali oleh sang suami menjelang
bersetubuh. Bismillahir Rahmanir Rahim, Cang cang setandang besi, Anak
harimau setandang malam, Keras kalam menjadi besi, Keras siang hingga ke malam,
Keras seperti besi khursaini, Panah batu, batu runtuh, Panah gunung, gunung
runtuh, Panah selera dengan aku, Oh nyaman, oh berkat aku pakai, Dengan berkat
La ilaha illa llah
4. MANTRA PALEREMAN.
Fungsinya untuk meredakan kemarahan orang lain yang marah kepada kita.
Kandungan kekuatannya mampu menetralisir emosi negatif agar tenang dan netral.
Diucapkan saat ada orang lain marah. Misalnya Mantra Panglarutan: Sukma rasa sira sun kongkon laruten
banyune Si ……. (sebut nama dimaksud), Cucupen banyune lan ilangana karepe,
Lemes lemes saking kersane Allah.
Di dalam mantra yang lengkap
tercakup unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur sugesti, unsur tujuan
dan unsur penutup. Unsur sugesti merupakan unsur yang paling penting
dan paling pokok dalam struktur mantra. Unsur sugesti memiliki daya
atau kekuatan untuk membangkitkan potensi kekuatan magis atau kekuatan gaib.
Mengingat mantra memiliki spesifikasi, maka unsur sugesti pada mantra
berbeda-beda meskipun fungsinya bisa sama. Misalnya, sama-sama berfungsi untuk
pengasihan, namun tiap mantra unsur sugestinya beda.
Unsur
sugesti yang dianggap memiliki daya
magis dapat dipilah menjadi beberapa macam:
(1).
Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan alam, binatang, bunga.
(2). Ungkapan
magis yang mendasarkan pada kekuatan mitos tokoh baik dari dunia perwayangan
maupun tokoh mitologi.
(3)
Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan Allah, Malaikat, nabi, Dewa,
Raja, resi atau Pertapa.
Seberapa jauh Laku Mistik dapat
menjamin keberhasilan amalan. Keberhasilannya sifatnya tergantung penghayatan
subyektif. Laku mistik berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan seseorang.
Semakin sungguh-sungguh dan yakin seyakin-yakinnya saat menjalani laku amalan
maka amalan ajian akan bisa berhasil.
Tradisi Jawa mengenal laku
mistik yaitu:
·
PUASA : Puasa biasa
seperti saat puasa Ramadhan. Ada yang hanya makan sekali saat tengah malam.
Puasa Mutih : hanya makan makan nasi putih, minum air putih. Mutih ada
beberapa cara: Ngepel yaitu banyaknya makan diukur dengan
jumlah hari lama berpuasa, Sekali makan tidak tambah, makan hanya diwaktu siang
atau malam. Puasa Ngerowot : makan berasal dari makanan yang
berasal dari tanah dan harus tawar. Pelaksanaannya seperti puasa biasa atau
puasa mutih. Puasa Ngalong : yang dimakan hanya makanan jenis
buah-buahan dan harus tawar, pelaksanaan seperti biasa.
·
NGEBLENG : Tidak makan-minum, waktu biasanya sehari semalam.
Tidak boleh keluar rumah.
·
NLOWONG :
Tidak makan minum, waktu sehari semalam, tidak terbatas ruangan.
·
PATI GENI : Tidak menghidupkan api dan berada di dalam ruangan
tertutup.
·
KUNGKUM : Berendam di air sungai, menantang arus air dan dipertemuan arus
sungai.
·
MELEK
: Tidak tidur siang malam, baik di dalam maupun di luar rumah.
·
MENDEM : Mengubur diri di dalam tanah dengan
udara secukupnya dengan sikap seperti orang mati.
·
NGEDAN :
Bertingkah seperti orang gila di tempat umum
·
BISU : Tidak bicara
·
BERJALAN :
Tidak boleh duduk. Boleh istirahat, tidur, makan, minum sambil berdiri. Tidak
boleh masuk rumah/ruang.
·
SESIRIK :
Menjauhi segala kesenangan.
Bab III
Penutup
Daftar Pustaka :
Sahid Teguh Widodo dkk. 2007. MANTRA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Wikepedia Ensiklopedia.
Arindashadena.blogspot.com
Khanna
(2003: hal. 21)
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan"
(misalnya perubahan spiritual). Jenis dan
kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: IAST: mantra) berasal
dari tradisi Weda di India, kemudian
menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai
gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam
tradisi dan agama ketimuran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan
sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap
mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi
kekuatan gaib yang lain.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan mantra
dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada
yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan pikiran' yang merepresentasikan
keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran
suara.
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai
rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang
baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya
magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di
daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Mantra di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi,
sapo-sapo, kato pusako, kato, katubah,atau capak
baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat
di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara
bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme), Melayu, bahasa
Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha) .
Bab II
ISI
1.2 Mantra dalam Kebudayaan
Masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di nusantara
biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal tersebut sebenarnya bisa
sangat efektif bagi para penggunanya, Selain merupakan salah satu sarana
komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang ber rima
memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat
mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu
perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan
mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Pembelajaran di
level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator
menyebutnya sebagai sugesti diri.
1.3 Fungsi
dan Kandungan Mantra Berdasarkan Jenisnya
Berdasakan atas fungsinya dan kandungan kekuatan
magis mistisnya, mantra dapat digolongan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Mantra Jaya
Kejayawijayaan : untuk kekuatan dan kemenangan. Misalnya Semar Kemuning : Aku umbulna menyang Suralaya, Jalukna Klambiku si Klonthong
Wesi, Sabet nggeng, Lot kelot-kelot, Teguh alot, Ya iki klambiku si Klonthong
Wesi. Mantra ini digunakan untuk kekebalan dari
tusukan senjata tajam dan pukulan.
2. Mantra Panulakan :
untuk menolak dan kandungan kekuatannya mampu untuk mengembalikan atau
merintangi kekuatan lain yang berasal dari lawan baik yang berasal dari manusia
maupun kekuatan lain. Gumbala Geni : Kuci-kuci omahku Gumbala Geni,
Lurungku si Alas Agung, Ngarepku segara gunung, Latarku latar bengawan, Joganku
jogan segara, Sapa sumedya tumerah ala marang aku, Kena katujawa bingleng, Teka
bingleng teka bungleng saking kersane Allah. Mantra ini menolak
perbuatan jabat dan membuat bingung pihak lain.
3. Mantra Pengasihan, untuk
menimbulkan cinta dan mempunyai kandungan kekuatan yang mampu mengubah atau
menimbulkan rasa cinta kasih seseorang. Contoh Mantra Jaran Goyang : Bismillahirrohmanir rohim, Niyat
ingsung matek ajiku si Jaran Goyang, Sabete sada lanang, Tak sabetake gunung
jugruk, Tak sabetake segara asat, Tak sabetake lemah bongkah, Sira mulya ingsun
kongkon, Golekana jabang bayine … (nama dimaksud), Caketna marang jabang bayine
…. (nama diri) Yen bocah turu gugahen, Yen wis nglilir lungguhna, Yen wis
ngadeg lakokna, Caketna marang jabang bayine … (nama diri), Ora suwe tak
enteni, Neng ngarep lawang Medinah, Aku durung pati-pati lunga, Yen durung
caket jabang bayine …. (nama dimaksud), Wassalammu alaikum warrohmatullahi
wabarokatuh.
Contoh lain: MANTRA
MELAYU PENAMBAT KASIH Ini mantra yang dipraktekkan oleh pria Melayu
untuk menambatkan wanita sang pujaan hati agar tidak serong karena terpuaskan
dalam hubungan intim. Sebelum berhubungan intim, tubuh harus mandi dan memakai
parfum yang harum. Mantra ini diucapkan satu kali oleh sang suami menjelang
bersetubuh. Bismillahir Rahmanir Rahim, Cang cang setandang besi, Anak
harimau setandang malam, Keras kalam menjadi besi, Keras siang hingga ke malam,
Keras seperti besi khursaini, Panah batu, batu runtuh, Panah gunung, gunung
runtuh, Panah selera dengan aku, Oh nyaman, oh berkat aku pakai, Dengan berkat
La ilaha illa llah
4. MANTRA PALEREMAN.
Fungsinya untuk meredakan kemarahan orang lain yang marah kepada kita.
Kandungan kekuatannya mampu menetralisir emosi negatif agar tenang dan netral.
Diucapkan saat ada orang lain marah. Misalnya Mantra Panglarutan: Sukma rasa sira sun kongkon laruten
banyune Si ……. (sebut nama dimaksud), Cucupen banyune lan ilangana karepe,
Lemes lemes saking kersane Allah.
Di dalam mantra yang lengkap
tercakup unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur sugesti, unsur tujuan
dan unsur penutup. Unsur sugesti merupakan unsur yang paling penting
dan paling pokok dalam struktur mantra. Unsur sugesti memiliki daya
atau kekuatan untuk membangkitkan potensi kekuatan magis atau kekuatan gaib.
Mengingat mantra memiliki spesifikasi, maka unsur sugesti pada mantra
berbeda-beda meskipun fungsinya bisa sama. Misalnya, sama-sama berfungsi untuk
pengasihan, namun tiap mantra unsur sugestinya beda.
Unsur
sugesti yang dianggap memiliki daya
magis dapat dipilah menjadi beberapa macam:
(1).
Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan alam, binatang, bunga.
(2). Ungkapan
magis yang mendasarkan pada kekuatan mitos tokoh baik dari dunia perwayangan
maupun tokoh mitologi.
(3)
Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan Allah, Malaikat, nabi, Dewa,
Raja, resi atau Pertapa.
Seberapa jauh Laku Mistik dapat
menjamin keberhasilan amalan. Keberhasilannya sifatnya tergantung penghayatan
subyektif. Laku mistik berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan seseorang.
Semakin sungguh-sungguh dan yakin seyakin-yakinnya saat menjalani laku amalan
maka amalan ajian akan bisa berhasil.
Tradisi Jawa mengenal laku
mistik yaitu:
·
PUASA : Puasa biasa
seperti saat puasa Ramadhan. Ada yang hanya makan sekali saat tengah malam.
Puasa Mutih : hanya makan makan nasi putih, minum air putih. Mutih ada
beberapa cara: Ngepel yaitu banyaknya makan diukur dengan
jumlah hari lama berpuasa, Sekali makan tidak tambah, makan hanya diwaktu siang
atau malam. Puasa Ngerowot : makan berasal dari makanan yang
berasal dari tanah dan harus tawar. Pelaksanaannya seperti puasa biasa atau
puasa mutih. Puasa Ngalong : yang dimakan hanya makanan jenis
buah-buahan dan harus tawar, pelaksanaan seperti biasa.
·
NGEBLENG : Tidak makan-minum, waktu biasanya sehari semalam.
Tidak boleh keluar rumah.
·
NLOWONG :
Tidak makan minum, waktu sehari semalam, tidak terbatas ruangan.
·
PATI GENI : Tidak menghidupkan api dan berada di dalam ruangan
tertutup.
·
KUNGKUM : Berendam di air sungai, menantang arus air dan dipertemuan arus
sungai.
·
MELEK
: Tidak tidur siang malam, baik di dalam maupun di luar rumah.
·
MENDEM : Mengubur diri di dalam tanah dengan
udara secukupnya dengan sikap seperti orang mati.
·
NGEDAN :
Bertingkah seperti orang gila di tempat umum
·
BISU : Tidak bicara
·
BERJALAN :
Tidak boleh duduk. Boleh istirahat, tidur, makan, minum sambil berdiri. Tidak
boleh masuk rumah/ruang.
·
SESIRIK :
Menjauhi segala kesenangan.
Bab III
Penutup
Daftar Pustaka :
Sahid Teguh Widodo dkk. 2007. MANTRA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Wikepedia Ensiklopedia.
Arindashadena.blogspot.com
Khanna
(2003: hal. 21)