Minggu, 21 April 2013

Mantra

di 00.43 0 komentar


Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: ,IASTmantra, मन्त्र) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan pikiran' yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara.
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Mantra di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, kato, katubah,atau capak baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme), Melayu, bahasa Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha) .


Bab II
ISI
1.2 Mantra dalam Kebudayaan Masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal tersebut sebenarnya bisa sangat efektif bagi para penggunanya, Selain merupakan salah satu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang ber rima memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Pembelajaran di level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator menyebutnya sebagai sugesti diri.
1.3 Fungsi dan Kandungan Mantra Berdasarkan Jenisnya
Berdasakan atas fungsinya dan kandungan kekuatan magis mistisnya, mantra dapat digolongan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Mantra Jaya Kejayawijayaan : untuk kekuatan dan kemenangan. Misalnya Semar Kemuning : Aku umbulna menyang Suralaya, Jalukna Klambiku si Klonthong Wesi, Sabet nggeng, Lot kelot-kelot, Teguh alot, Ya iki klambiku si Klonthong Wesi. Mantra ini digunakan untuk kekebalan dari tusukan senjata tajam dan pukulan.
2. Mantra Panulakan : untuk menolak dan kandungan kekuatannya mampu untuk mengembalikan atau merintangi kekuatan lain yang berasal dari lawan baik yang berasal dari manusia maupun kekuatan lain. Gumbala Geni : Kuci-kuci omahku Gumbala Geni, Lurungku si Alas Agung, Ngarepku segara gunung, Latarku latar bengawan, Joganku jogan segara, Sapa sumedya tumerah ala marang aku, Kena katujawa bingleng, Teka bingleng teka bungleng saking kersane Allah. Mantra ini menolak perbuatan jabat dan membuat bingung pihak lain.
3. Mantra Pengasihan, untuk menimbulkan cinta dan mempunyai kandungan kekuatan yang mampu mengubah atau menimbulkan rasa cinta kasih seseorang. Contoh Mantra Jaran Goyang : Bismillahirrohmanir rohim, Niyat ingsung matek ajiku si Jaran Goyang, Sabete sada lanang, Tak sabetake gunung jugruk, Tak sabetake segara asat, Tak sabetake lemah bongkah, Sira mulya ingsun kongkon, Golekana jabang bayine … (nama dimaksud), Caketna marang jabang bayine …. (nama diri) Yen bocah turu gugahen, Yen wis nglilir lungguhna, Yen wis ngadeg lakokna, Caketna marang jabang bayine … (nama diri), Ora suwe tak enteni, Neng ngarep lawang Medinah, Aku durung pati-pati lunga, Yen durung caket jabang bayine …. (nama dimaksud), Wassalammu alaikum warrohmatullahi wabarokatuh.
Contoh lain: MANTRA MELAYU PENAMBAT KASIH Ini mantra yang dipraktekkan oleh pria Melayu untuk menambatkan wanita sang pujaan hati agar tidak serong karena terpuaskan dalam hubungan intim. Sebelum berhubungan intim, tubuh harus mandi dan memakai parfum yang harum. Mantra ini diucapkan satu kali oleh sang suami menjelang bersetubuh. Bismillahir Rahmanir Rahim, Cang cang setandang besi, Anak harimau setandang malam, Keras kalam menjadi besi, Keras siang hingga ke malam, Keras seperti besi khursaini, Panah batu, batu runtuh, Panah gunung, gunung runtuh, Panah selera dengan aku, Oh nyaman, oh berkat aku pakai, Dengan berkat La ilaha illa llah
4. MANTRA PALEREMAN. Fungsinya untuk meredakan kemarahan orang lain yang marah kepada kita. Kandungan kekuatannya mampu menetralisir emosi negatif agar tenang dan netral. Diucapkan saat ada orang lain marah. Misalnya Mantra Panglarutan: Sukma rasa sira sun kongkon laruten banyune Si ……. (sebut nama dimaksud), Cucupen banyune lan ilangana karepe, Lemes lemes saking kersane Allah.
Di dalam mantra yang lengkap tercakup unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur sugesti, unsur tujuan dan unsur penutup. Unsur sugesti merupakan unsur yang paling penting dan paling pokok dalam struktur mantra. Unsur sugesti memiliki daya atau kekuatan untuk membangkitkan potensi kekuatan magis atau kekuatan gaib. Mengingat mantra memiliki spesifikasi, maka unsur sugesti pada mantra berbeda-beda meskipun fungsinya bisa sama. Misalnya, sama-sama berfungsi untuk pengasihan, namun tiap mantra unsur sugestinya beda.
Unsur  sugesti yang dianggap memiliki daya magis dapat dipilah menjadi beberapa macam:
(1). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan alam, binatang, bunga.
(2). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan mitos tokoh baik dari dunia perwayangan maupun tokoh mitologi.
(3) Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan Allah, Malaikat, nabi, Dewa, Raja, resi atau Pertapa.
Seberapa jauh Laku Mistik dapat menjamin keberhasilan amalan. Keberhasilannya sifatnya tergantung penghayatan subyektif. Laku mistik berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan seseorang. Semakin sungguh-sungguh dan yakin seyakin-yakinnya saat menjalani laku amalan maka amalan ajian akan bisa berhasil.
Tradisi Jawa mengenal laku mistik yaitu:
·         PUASA : Puasa biasa seperti saat puasa Ramadhan. Ada yang hanya makan sekali saat tengah malam. Puasa Mutih : hanya makan makan nasi putih, minum air putih. Mutih ada beberapa cara: Ngepel yaitu banyaknya makan diukur dengan jumlah hari lama berpuasa, Sekali makan tidak tambah, makan hanya diwaktu siang atau malam. Puasa Ngerowot : makan berasal dari makanan yang berasal dari tanah dan harus tawar. Pelaksanaannya seperti puasa biasa atau puasa mutih. Puasa Ngalong : yang dimakan hanya makanan jenis buah-buahan dan harus tawar, pelaksanaan seperti biasa.
·         NGEBLENG             : Tidak makan-minum, waktu biasanya sehari semalam. Tidak boleh keluar rumah.
·         NLOWONG : Tidak makan minum, waktu sehari semalam, tidak terbatas ruangan.
·         PATI GENI   : Tidak menghidupkan api dan berada di dalam ruangan tertutup.
·         KUNGKUM  : Berendam di air sungai, menantang arus air dan dipertemuan arus sungai.
·         MELEK         : Tidak tidur siang malam, baik di dalam maupun di luar rumah.
·         MENDEM      : Mengubur diri di dalam tanah dengan udara secukupnya dengan sikap seperti orang mati.
·         NGEDAN      : Bertingkah seperti orang gila di tempat umum
·         BISU               : Tidak bicara
·         BERJALAN  : Tidak boleh duduk. Boleh istirahat, tidur, makan, minum sambil berdiri. Tidak boleh masuk rumah/ruang.
·         SESIRIK        : Menjauhi segala kesenangan.

Bab III
Penutup
Daftar Pustaka     :
Sahid Teguh Widodo dkk. 2007. MANTRA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Wikepedia Ensiklopedia.
Arindashadena.blogspot.com
Khanna (2003: hal. 21)
sirine.uns.ac.id
sirine.uns.ac.id/penelitian.php?act=detail&idp=350&judul=MANTRA%20DALAM%20KEHIDUPAN%20MASYARAKAT%20MODERN%20:%20Sebuah%20Kajian%20Bentuk,%20Isi,%20dan%20Fungsi




Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: ,IASTmantra, मन्त्र) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan pikiran' yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara.
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Mantra di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, kato, katubah,atau capak baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme), Melayu, bahasa Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha) .


Bab II
ISI
1.2 Mantra dalam Kebudayaan Masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal tersebut sebenarnya bisa sangat efektif bagi para penggunanya, Selain merupakan salah satu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang ber rima memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Pembelajaran di level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator menyebutnya sebagai sugesti diri.
1.3 Fungsi dan Kandungan Mantra Berdasarkan Jenisnya
Berdasakan atas fungsinya dan kandungan kekuatan magis mistisnya, mantra dapat digolongan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Mantra Jaya Kejayawijayaan : untuk kekuatan dan kemenangan. Misalnya Semar Kemuning : Aku umbulna menyang Suralaya, Jalukna Klambiku si Klonthong Wesi, Sabet nggeng, Lot kelot-kelot, Teguh alot, Ya iki klambiku si Klonthong Wesi. Mantra ini digunakan untuk kekebalan dari tusukan senjata tajam dan pukulan.
2. Mantra Panulakan : untuk menolak dan kandungan kekuatannya mampu untuk mengembalikan atau merintangi kekuatan lain yang berasal dari lawan baik yang berasal dari manusia maupun kekuatan lain. Gumbala Geni : Kuci-kuci omahku Gumbala Geni, Lurungku si Alas Agung, Ngarepku segara gunung, Latarku latar bengawan, Joganku jogan segara, Sapa sumedya tumerah ala marang aku, Kena katujawa bingleng, Teka bingleng teka bungleng saking kersane Allah. Mantra ini menolak perbuatan jabat dan membuat bingung pihak lain.
3. Mantra Pengasihan, untuk menimbulkan cinta dan mempunyai kandungan kekuatan yang mampu mengubah atau menimbulkan rasa cinta kasih seseorang. Contoh Mantra Jaran Goyang : Bismillahirrohmanir rohim, Niyat ingsung matek ajiku si Jaran Goyang, Sabete sada lanang, Tak sabetake gunung jugruk, Tak sabetake segara asat, Tak sabetake lemah bongkah, Sira mulya ingsun kongkon, Golekana jabang bayine … (nama dimaksud), Caketna marang jabang bayine …. (nama diri) Yen bocah turu gugahen, Yen wis nglilir lungguhna, Yen wis ngadeg lakokna, Caketna marang jabang bayine … (nama diri), Ora suwe tak enteni, Neng ngarep lawang Medinah, Aku durung pati-pati lunga, Yen durung caket jabang bayine …. (nama dimaksud), Wassalammu alaikum warrohmatullahi wabarokatuh.
Contoh lain: MANTRA MELAYU PENAMBAT KASIH Ini mantra yang dipraktekkan oleh pria Melayu untuk menambatkan wanita sang pujaan hati agar tidak serong karena terpuaskan dalam hubungan intim. Sebelum berhubungan intim, tubuh harus mandi dan memakai parfum yang harum. Mantra ini diucapkan satu kali oleh sang suami menjelang bersetubuh. Bismillahir Rahmanir Rahim, Cang cang setandang besi, Anak harimau setandang malam, Keras kalam menjadi besi, Keras siang hingga ke malam, Keras seperti besi khursaini, Panah batu, batu runtuh, Panah gunung, gunung runtuh, Panah selera dengan aku, Oh nyaman, oh berkat aku pakai, Dengan berkat La ilaha illa llah
4. MANTRA PALEREMAN. Fungsinya untuk meredakan kemarahan orang lain yang marah kepada kita. Kandungan kekuatannya mampu menetralisir emosi negatif agar tenang dan netral. Diucapkan saat ada orang lain marah. Misalnya Mantra Panglarutan: Sukma rasa sira sun kongkon laruten banyune Si ……. (sebut nama dimaksud), Cucupen banyune lan ilangana karepe, Lemes lemes saking kersane Allah.
Di dalam mantra yang lengkap tercakup unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur sugesti, unsur tujuan dan unsur penutup. Unsur sugesti merupakan unsur yang paling penting dan paling pokok dalam struktur mantra. Unsur sugesti memiliki daya atau kekuatan untuk membangkitkan potensi kekuatan magis atau kekuatan gaib. Mengingat mantra memiliki spesifikasi, maka unsur sugesti pada mantra berbeda-beda meskipun fungsinya bisa sama. Misalnya, sama-sama berfungsi untuk pengasihan, namun tiap mantra unsur sugestinya beda.
Unsur  sugesti yang dianggap memiliki daya magis dapat dipilah menjadi beberapa macam:
(1). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan alam, binatang, bunga.
(2). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan mitos tokoh baik dari dunia perwayangan maupun tokoh mitologi.
(3) Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan Allah, Malaikat, nabi, Dewa, Raja, resi atau Pertapa.
Seberapa jauh Laku Mistik dapat menjamin keberhasilan amalan. Keberhasilannya sifatnya tergantung penghayatan subyektif. Laku mistik berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan seseorang. Semakin sungguh-sungguh dan yakin seyakin-yakinnya saat menjalani laku amalan maka amalan ajian akan bisa berhasil.
Tradisi Jawa mengenal laku mistik yaitu:
·         PUASA : Puasa biasa seperti saat puasa Ramadhan. Ada yang hanya makan sekali saat tengah malam. Puasa Mutih : hanya makan makan nasi putih, minum air putih. Mutih ada beberapa cara: Ngepel yaitu banyaknya makan diukur dengan jumlah hari lama berpuasa, Sekali makan tidak tambah, makan hanya diwaktu siang atau malam. Puasa Ngerowot : makan berasal dari makanan yang berasal dari tanah dan harus tawar. Pelaksanaannya seperti puasa biasa atau puasa mutih. Puasa Ngalong : yang dimakan hanya makanan jenis buah-buahan dan harus tawar, pelaksanaan seperti biasa.
·         NGEBLENG             : Tidak makan-minum, waktu biasanya sehari semalam. Tidak boleh keluar rumah.
·         NLOWONG : Tidak makan minum, waktu sehari semalam, tidak terbatas ruangan.
·         PATI GENI   : Tidak menghidupkan api dan berada di dalam ruangan tertutup.
·         KUNGKUM  : Berendam di air sungai, menantang arus air dan dipertemuan arus sungai.
·         MELEK         : Tidak tidur siang malam, baik di dalam maupun di luar rumah.
·         MENDEM      : Mengubur diri di dalam tanah dengan udara secukupnya dengan sikap seperti orang mati.
·         NGEDAN      : Bertingkah seperti orang gila di tempat umum
·         BISU               : Tidak bicara
·         BERJALAN  : Tidak boleh duduk. Boleh istirahat, tidur, makan, minum sambil berdiri. Tidak boleh masuk rumah/ruang.
·         SESIRIK        : Menjauhi segala kesenangan.

Bab III
Penutup
Daftar Pustaka     :
Sahid Teguh Widodo dkk. 2007. MANTRA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Wikepedia Ensiklopedia.
Arindashadena.blogspot.com
Khanna (2003: hal. 21)
sirine.uns.ac.id
sirine.uns.ac.id/penelitian.php?act=detail&idp=350&judul=MANTRA%20DALAM%20KEHIDUPAN%20MASYARAKAT%20MODERN%20:%20Sebuah%20Kajian%20Bentuk,%20Isi,%20dan%20Fungsi























 

Today and Tomorrow Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos